Hampir di setiap pelosok Nusantara ada saja fenomena yang berkait dengan kekuatan magis. Begitu juga di daerah Ternate, Maluku Utara. Di tempat itu ada
sebuah upacara tradisional yang dikenal sebagai Baramasuwen. Upacara yang termasuk paling tua ini diadakan dalam acara peluncuran perdana sebuah perahu.
Baramasuwen biasanya dilakukan pada malam hari. Dipimpin oleh seorang pemuka adat, upacara ini umumnya diikuti oleh 3 - 9 orang peserta. Ciri khas upacara ini adalah adanya beberapa batang bambu sepanjang 5 - 9 ruas, selain perlengkapan lain seperti kemenyan, arang, serta sebuah obor yang ditaruh di tengah arena upacara.
Setelah obor dinyalakan dan kemenyan dibakar, si pemuka adat tampil ke depan, sementara para peserta memegangi ruas-ruas bambu yang diukupi asap kemenyan. Pemuka adat itu Ialu berjalan mengelilingi arena terus menerus sembari membacakan mantra-mantra, sampai suatu saat ia mendekati tempat pembakaran kemenyan, merentangkan kedua tangannya ke atas sambil mengucapkan kata-kata hee bara masuwen! Para peserta kemudian menimpalinya dengan pekikan hee i dadi gou-gou!
Tak seberapa lama, ruas-ruas bambu yang dipegangi para peserta mendadak meronta-ronta, seolah-olah ingin melepaskan dari pegangan kuat peserta. Dengan sekuat tenaga peserta mempertahankan dekapannya agar bambu tidak terlepas. Sementara itu, pemuka adat terus mendaraskan mantra yang membuat bambu tadi bertambah kekuatannya. Puncaknya adalah ketika para peserta terangkat bersama dengan bambu magis itu setinggi beberapa sentimeter dari permukaan tanah.
Pada saat itulah, pemuka adat merentangkan kedua belah tangannya sambil memperdengarkan mantra, dan seketika bambu itu menjadi "loyo" kembali tanpa daya. Bambu-bambu yang "kesurupan" itu. kemudian diletakkan berjajar di atas tanah. Dengan begitu. selesailah pertunjukan Baramasuwen, yang oleh masyarakat setempat disebut pertunjukan hijib.