Sabtu, 18 Desember 2010
Riwayat Nabi Kong Hu Cu( Bagian 10)
DIPERSEMBAHKAN DAN DIMOHONKAN BERKAT THIAN
Suatu hari Cu He melapor, di luar gerbang Lo Twan ada sorot cahaya merah dan daripadanya tampak tulisan berbunyi, "Segera bersiaplah, sudah tiba waktumu Nabi Khongcu, dinasti Ciu akan musnah, bintang sapu akan muncul, kerajaan Chien akan bangkit dan muncullah huru-hara. Kitab-kitab Suci akan di-musnahkan, tetapi ajaranmu tidak akan terputuskan." Dikumpulkan semua murid. Nabi memimpin sembahyang bersama menghadap ke Bintang Utara melakukan dan membongkokkan diri tiga kali. Nabi lalu mengacungkan pena yang lebih dahulu telah dicelupkan ke dalam tinta merah ke arah
Bintang Utara, serta bersabda, "Kini telah cukup Khiu rnenjalankan Firman Thian bagi manusia, Khiu pun telah selesai menyusun dan membukukan Kitab-kitab Suci ini. Bila telah tiba.waktunya, Khiu telah bersedia kembali keharibaan Thian. "
DUA TIANG MERAH
Pagi beliau bangun dari tidur lalu dengan tangan menarik tongkat dibelakang punggungnya berjalan kian kemari di halaman depan rumah; terdengar beliau menyanyi, "Gunung Thai San runtuh, balok-balok patah dan selesailah riwayat sang budiman." Saat itu kebetulan Cu Khong menjenguk Nabi dan mendengar nyanyian itu, ia menyambut dengan nyanyian, Bila Thai San runtuh, apakah yang boleh kulihat ? Bila balok-balok patah, dimana tempatku berpegang ? Bila sang budiman gugur, siapakah sandaranku ?" Nabi mengajak masuk dan setelah itu Cu Khong mohon penjelasan mengapa Nabi bernyanyi demikian. Nabi menjawab, "Semalam aku beroleh penglihatan, duduk didalam sebuah kuil diantara dua pilar merah. Ini mungkin karena aku keturunan dinasti Siang. Tidak ada raja suci yang datang, siapa yang mau mendengar ajaranKu? Sudah saatnya Aku meninggalkan dunia ini. "
BERPULANGLAH NABI KEHARIBAAN THIAN YANG MENGUTUSNYA
Sejak kejadian pagi itu, Nabi tidak lagi keluar dari ruangan, dan tujuh hari kemudian beliau wafat (18 Ji Gwee 479 SM). Ketika itu telah banyak murid-murid berkumpul dan berjaga. Dengan dipimpin Cu Khong mereka menyiapkan pemakaman Guru yang dihormat dan dikasihi. Ditetapkan hari dan tempat pemakaman. Upacara pemakaman diselenggarakan dalam suasana hening, khidmat dan sederhana. Dalam upacara pemakaman itu rajamuda Ai telah memerlukan hadir dan membacakan surat doa.
MAKAM NABI KHONGCU
Nabi Khongcu dimakamkan didekat sungai Su Swi, sebelah utara ibukota negeri Lo; murid-murid melakukan perkabungan besar selama tiga tahun (seperti kematian orang tua sendiri). Setelah usai masa berkabung mereka saling mengucapkan selamat berpisah dan kembali ke tempat masing-masing, mereka menangis dihadapan makam sebelum meninggalkan tempat itu. Sebagian dari murid-murid ada yang tetap tinggal di daerah itu, hanya Cu Khong yang masih tinggal dalam sebuah pondok dekat makam sampai enam tahun baru pergi. Lebih dari seratus keluarga, terdiri atas murid-murid Nabi dan orang-orang negeri Lo bermukim di daerah makam itu; dan tempat itu berubah menjadi sebuah desa yang dinamai Khongli atau Kampung Nabi Khongcu. Di sekitar makam itu, banyak murid menanam pohon kai seperti yang pernah dilakukan nabi. Banyak di antara pohon itu tetap hidup subur dan berdiri megah hingga saat ini. Ditulis sebuah sajak : Kesusilaan dan musik dari Hing Than (nama ruangan tempat nabi mengajar) memahkotai semua bangsa, Ayat-ayat Kitab Suci dari Su Swi memancar gemerlap bagai matahari dan bulan. Demikianlah Ji kau atau kemudian disebut Agama Khonghucu bangkit berkembang kembali menjadi Genta Rohani Tuhan yang maha Esa membimbing insan menegakkan Firman menempuh Jalan Suci dan menggemilangkan Kebajikan. Di dekat makam itu atas prakarsa rajamuda Lo Ai Kong telah didirikan sebuah Bio untuk menghormati Nabi Khongcu, diselenggarakan upacara sembahyang empat musim untuk memperingati beliau, di tempat itu diselenggarakan ibadah, khotbah dan diskusi para pengikut Nabi. Kompleks makam itu ada seratus bau luasnya, maka gedung-gedungnya cukup untuk menampung seluruh murid dan para pengikut Nabi. Benda-benda pusaka warisan Nabi seperti topi, jubah, alat musik dan kitab-kitab disimpan lestari turun temurun di situ. Kaisar pertama dinasti Han ketika berkunjung ke negeri Lo telah melakukan sembahyang dan penghormatan di situ. Ia telah mewajibkan tiap bangsawan dan pejabat melakukan sembahyang dan bersumpah dihadapan altar Nabi sebelum memangku jabatan.
Berbagai gelar telah diberikan oleh para kaisar sepanjang jaman, Kaisar Ciu King Ong memberikan gelar Ni Hu (Bapak Ni), raja-raja dinasti memberi gelar Sing Swan Ni Hu (Bapak Ni Penebar Agama Yang Sempurna), tahun 492 gelar itu diubah menjadi Bun Sing Ni Hu (Bapak Ni Nabi Yang Mewariskan Kitab Suci) dan kini gelar yang paling umum ialah Ci Sing Sian Su (Nabi Agung Guru Purba Khonghucu). Akan berbagi gelar ini, hendaknya kita beriman bahwa sesungguhnya bukan gelar yang diharapkan Nabi, melainkan beliau menghendaki kita mampu membina diri menempuh Jalan Suci